Selasa, 30 Juni 2020

Kitab At-Tauhid🔊 Halaqah 015: Perkataan Dusta Dan Kesaksian Palsu Adalah Dosa Besar.

🌍 BimbinganIslam.com
Rabu, 10 Dzulqa'dah 1441 H / 01 Juli 2020 M
👤 Ustadz Abdussalam Busyro, Lc.
📗 Kitab At-Tauhid
🔊 Halaqah 015: Perkataan Dusta Dan Kesaksian Palsu Adalah Dosa Besar.
⬇ Download audio: bit.ly/UAS-K-Tauhid-015
〰〰〰〰〰〰〰

*PERKATAAN DUSTA DAN KESAKSIAN PALSU ADALAH DOSA BESAR*


بسم الله الرحمن الرحيم 
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته 
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وأصحابه ومن والاه ولا حول ولاقوة إلا بالله
رضيت بالله ربا وبالإسلام دينا وبمحمد نبيا و رسولاً رب زدني علما وارزقني فهما

Sahabat BiAS yang kami muliakan. 

Salah satu di antara yang perlu kita ketahui bersama, Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda: 

أَلأِشْرَاكُ بِاللَّهِ، وَعُقُوقُ الْوَالِدَيْنِ

_"Menyekutukan Allāh dan durhaka kepada kedua orang tua (adalah dosa besar).”_

Salah satu Syaikh (tatkala kami kuliah dulu), beliau menyampaikan bahwasanya di kota Madīnah ada seorang bapak yang dipukuli anak laki-lakinya di pasar. Orang-orang pun berdatangan dan mencoba melerainya, tapi orang tua ini berkata, "Biarkan anak ini memukuliku, jangan kalian cegah (larang) ketahuilah di tempat ini dahulu aku memukuli ayahku.”

Subhānallāh. 

Sebagaimana anda berbuat maka sejauh itu pula yang akan anda dapat. Tatkala anda melakukan sesuatu maka orang pun akan memberikan suatu hal yang tidak jauh beda. 

Disebutkan dalam sebuah riwayat, tatkala Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam setelah bersabda: 

أَلأِشْرَاكُ بِاللَّهِ، وَعُقُوقُ الْوَالِدَيْنِ

_"Menyekutukan Allāh dan durhaka kepada kedua orang tua,”_

Kemudian para shahābat berkata: 

وَكَانَ مُتَّكِئًا فَجَلَسَ

_Beliau shallallāhu 'alayhi wa sallam dalam keadaan bersandar, (ketika akan menyampaikan nasehat yang ketiga) tiba-tiba Beliau shallallāhu 'alayhi wa sallam duduk dengan tegap._

Kemudian beliau bersabda: 

أَلاَ وَقَوْلُ الزُّورِ، ألا وَشَهَادَةُ الزُّوُرِ، 

فَمَازَالَ يُكَرِّرُهَا حَتَّى قُلْنَا : لَيْتَهُ سَكَتَ

_"Perkataan dusta dan kesaksian palsu." (Shahābat berkata bahwa) Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam senantiasa mengulangi ucapan, sehingga kami sangat berharap alangkah indahnya apabila Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam berhenti mengucapkan kalimat tersebut._

Subhānallāh 

Yang di maksud: قَوْلُ الزُّورِ , adalah perkataan palsu (dusta) dan di dalam Al Qur'ān Allāh Subhānahu wa Ta'āla menyebutkan: 

ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ وَقُولُوا۟ قَوْلًۭا سَدِيدًۭا

_"Bertakwalah kamu kepada Allāh dan katakanlah perkataan yang benar.”_

(QS Al Ahzab: 70)

Disebutkan di dalam hadīts Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda: 

عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِى إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِى إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا 

_"Kalian wajib senantiasa berlaku jujur. Sesungguhnya kejujuran akan mengantarkan kepada kebajikan (ketakwaan) dan sesungguhnya ketakwaan akan mengantarkan kepada surga. Jika seseorang senantiasa berlaku jujur dan selalu berusaha untuk jujur maka akan dicatat di sisi Allāh sebagai orang yang shiddīq (yang sangat jujur).”_

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam menyebutkan:

وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِى إِلَى الْفُجُورِ وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِى إِلَى النَّارِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ كَذَّابًا

_Kalian harus menjauhi kedustaan. Sesungguhnya kedustaan itu akan mengantarkan kepada perbuatan keburukan/dosa dan sesungguhnya keburukan/dosa itu akan mengantarkan kepada neraka. Jika seseorang senantiasa berdusta dan selalu berusaha untuk berdusta, maka akan dicatat di sisi Allāh sebagai orang yang kadzdzāb (suka berdusta)."_

Disebutkan di dalam hadīts bahwasanya di akhir zaman salah satu di antara tanda kiamat adalah orang yang jujur dianggap pendusta dan pendusta dianggap jujur. 

Kita memohon kepada Allāh, agar kita diberi rizki berupa kemudahan untuk senantiasa berlaku jujur. 

Pepatah Arab mengatakan: 

"Tatkala seseorang jujur, maka disana akan ada ketenangan."

Bahkan mereka mengatakan: 

"Satu kedustaan akan melahirkan dusta yang lain."

Bahkan disebutkan di dalam hadīts, tatkala Abī Bakar Ash Shiddīq di kota Madīnah, beliau naik ke atas mimbar dan beliau menangis, maka salah satu perkataan beliau adalah: 

"Hendaknya kalian berlaku jujur, karena sesungguhnya kejujuran dan kebaikan itu akan mengantarkan pelakunya kesurga. Dan jauhilah kalian perkataan dusta ketahuilah bahwasanya kedustaan dan keburukan akan mengantarkan seseorang kedalam neraka."


Demikian semoga bermanfaat. 


سبحانك اللهم وبحمدك، أشهد أن لا إله إلا الله، أستغفرك وأتوب إليك
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته 

____________

Senin, 29 Juni 2020

Kitab AtTauhid🔊 Halaqah 014: Durhaka Kepada Orang tua Adalah Dosa Besar Setelah Syirik.

🌍 BimbinganIslam.com
Selasa, 09 Dzulqa'dah 1441 H / 30 Juni 2020 M
👤 Ustadz Abdussalam Busyro, Lc
📗 Kitab AtTauhid
🔊 Halaqah 014: Durhaka Kepada Orang tua Adalah Dosa Besar Setelah Syirik.
⬇ Download audio: bit.ly/UAS-K-Tauhid-014
〰〰〰〰〰〰〰

*DURHAKA KEPADA ORANG TUA ADALAH DOSA BESAR SETELAH SYIRIK*


بسم الله الرحمن الرحيم 
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته 
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وأصحابه ومن والاه ولا حول ولاقوة إلا بالله
رضيت بالله ربا وبالإسلام دينا وبمحمد نبيا و رسولاً رب زدني علما وارزقني فهما

Sahabat BiAS yang kami muliakan. 

Kita lanjutkan.

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam menyebutkan: 

الإشراك بالله

_Seseorang menyekutukan Allāh (adalah bagian dari dosa besar.)_

Dosa yang paling besar berikutnya Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam menyebutkan:

وعقوق الوالدين

_“Dan durhaka kepada orang tua."_

Kenapa durhaka kepada orang tua termasuk dosa besar? 

Karena kita berasal dari orang tua, ayah dan ibu kita adalah bagian dari kita. 

Suatu ketika Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam pernah bersabda: 

أَنْتَ ومَالُكَل لأَِبِيْكَ

_“Kamu dan hartamu milik bapakmu.”_

(Hadīts riwayat Ibnu Mājah dari Jābir, Thabrani dari Samurah dan Ibnu Mas'ūd, Lihat Irwa’ul Ghalil 838)

Tidak hanya harta tapi jiwa kita, badan dan keberadaan kita, adalah milik ayah kita. 

Di sini kita harus pahami bahwa seorang laki-laki dengan seorang wanita setelah menikah  berbeda. 

Seorang laki-laki setelah menikah, dia mempunyai kewajiban taat kepada Allāh dan Rasūl-Nya, kemudian taat kepada orang tuanya. 

Berbeda dengan seorang wanita. Tatkala seorang wanita menikah, maka dia mempunyai kewajiban taat kepada Allāh dan Rasūl-Nya, kemudian taat kepada suaminya. Karena seorang wanita sesudah dia menikah dia mempunyai kewajiban besar untuk taat kepada suaminya, kemudian taat kepada orang tuanya. 

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam menyebutkan:

 أَنْتَ ومَالُكَل لأَِبِيْكَ 

_"Kamu dan hartamu, wahai laki-laki."_

Tidak dikatakan, "Anti".

”Kamu dan hartamu (wahai wanita) milik ayahmu," tidak! 

Tapi yang disebutkan adalah:

 أَنْتَ ومَالُكَل لأَِبِيْكَ 

_"Kamu dan hartamu, (wahai laki-laki) milik ayahmu."_

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam menyebutkan dosa besar kedua setelah syirik adalah menyakiti orang tua (durhaka kepada orang tua). 

Mohon maaf, di antara salah satu kebiasaan orang Arab, tatkala mereka makan, mereka terbiasa makan "kembulan" (secara berjama'ah), satu nampan dimakan bersama-sama. Ini kebiasaan orang Arab sampai sekarang. 

Tentunya yang laki-laki dengan laki-laki, yang wanita dengan wanita (tatkala posisi mereka bertamu). Tetapi dalam keluarga biasa suami, isteri dan anak kumpul jadi satu. 

Hal yang menarik. Muhammad ibnu Sirrin, tatkala beliau makan, beliau tidak pernah makan (satu nampan) bersama ibunya. 

Apa alasannya? 

Beliau berkata, "Karena aku takut (khawatir) jika aku makan bersama ibuku, ketika aku mengambil lauk ternyata ibuku hendak mengambilnya juga, aku takut menyakiti ibuku."

Subhānallāh. 

Bagaimanakah kebaikan dan kemuliaan akhlaq Muhammad bin Sirrin, sampai dalam perkara makan saja beliau tidak mau satu nampan dengan ibunya, dengan alasan khawatir menyakiti perasaan ibunya. 

Demikian semoga bermanfaat. 

سبحانك اللهم وبحمدك، أشهد أن لا إله إلا الله، أستغفرك وأتوب إليك
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته 

____________

Minggu, 28 Juni 2020

Kitab AtTauhid🔊 Halaqah 013: Syirik Adalah Dosa Terbesar

🌍 BimbinganIslam.com
Senin, 08 Dzulqa'dah 1441 H / 29 Juni 2020 M
👤 Ustadz Abdussalam Busyro, Lc
📗 Kitab AtTauhid
🔊 Halaqah 013: Syirik Adalah Dosa Terbesar
⬇ Download audio: bit.ly/UAS-K-Tauhid-013
〰〰〰〰〰〰〰

*SYIRIK ADALAH DOSA TERBESAR*


بسم الله الرحمن الرحيم 
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته 
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وأصحابه ومن والاه ولا حول ولاقوة إلا بالله
رضيت بالله ربا وبالإسلام دينا وبمحمد نبيا و رسولاً رب زدني علما وارزقني فهما

Ikhwāh wa Akhawātiy Fīllāh rahimakumullāh. 

Sahabat BiAS yang kami muliakan. 

Berikutnya Allāh Subhānahu wa Ta'āla menyebutkan: 

وَبِٱلْوَٰلِدَيْنِ إِحْسَـٰنً

_"Dan terhadap orang tua, hendaknya kalian berlaku ihsan (yang baik).”_

(QS Al Isrā: 23)

Mungkin muncul pertanyaan:

Di sini Allāh perintahkan agar kita beribadah kepada Allāh dan berbuat baik kepada orang tua, lalu di manakah haknya Rasūlullāh? 

Bukankah Allāh telah berfirman: 

وَأَطِيعُوا۟ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ

_"Dan hendaknya kalian taat kepada Allāh dan Rasūl-Nya.”_

Maka kita sampaikan, bahwasanya taatnya kita kepada Allāh mewajibkan taatnya kita kepada rasūl. 

Karena Allāh Subhānahu wa Ta'āla menyebutkan: 

قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ ٱللَّهَ فَٱتَّبِعُونِى 

_Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allāh, maka ikutilah aku."_

(QS. Āli Imrān: 31)

Mengikuti siapa? 

Mengikuti Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam. 

Maka di sini beribadah kepada Allāh adalah sesuatu hal yang harus tertanam pada diri manusia, karena sesungguhnya:

√ Dialah, Allāh Subhānahu wa Ta'āla, Dzat Yang Maha Memberikan Rizki.
√ Dialah, Allāh Subhānahu wa Ta'āla, Dzat yang telah memberikan kepada kita makan dan minum.
√ Dialah Allāh, Dzat yang telah memberikan kepada kita pasangan.
√ Dialah Dzat yang telah memberikan kepada kita keturunan (Alhamdulillāh). 

Subhānallāh, 

Seorang cinta kepada suami, suami cinta dengan istri, itu adalah salah satu tanda di antara tanda-tanda kebesaran Allāh Subhānahu wa Ta'āla. 

Maka Allāh menyebutkan, yang salah satunya kita jumpai di dalam surat Ar Rūm ayat 21:

وَمِنْ ءَايَـٰتِهِۦٓ أَنْ خَلَقَ لَكُم مِّنْ أَنفُسِكُمْ أَزْوَٰجًۭا لِّتَسْكُنُوٓا۟ إِلَيْهَا 

_"Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri.”_

Perhatikan, bagaimana sebelum Allāh berfirman terkait dengan masalah pasangan! 

Allāh sebutkan keagungan langit, keagungan bumi, keagungan matahari, keagungan rembulan, keagungan laut, keagungan angin. 

Subhānallāh, 

Baru setelah itu:

 وَمِنْ ءَايَـٰتِهِٓ أَنْ خَلَقَ لَكُم مِّنْ أَنفُسِكُمْ

Maka di sini, seseorang mendapatkan jodoh itu adalah salah satu di antara tanda-tanda kebesaran Allāh. 

Tatkala kita mengetahui ke-Esa-an Allāh, maka Dia lah satu-satunya Dzat yang berhak untuk diibadahi.

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam suatu saat pernah bersabda di depan para shahābatnya: 

ألا أنبئكم بأكبر الكبائر؟ ثلاثاً، يعني قالها ثلاث مرات، قلنا: بلى يا رسول الله، قال: الإشراك بالله 

_"Maukah aku tunjukkan kepada kalian dosa paling besar, di antara dosa-dosa besar yang ada?" (3kali)_

_Para shahābat berkata, "Baik, kami siap untuk menerima ilmu tersebut."_

_Kemudian Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda bahwa diantara dosa besar adalah, "Seseorang menyekutukan Allāh."_

Ini adalah bagian dosa di antara dosa-dosa besar. 

Dan Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam menyebut yang pertama adalah al isyrakubillāh. Dan yang dimaksud dengan syirik adalah:

أَنْ تَجْعَلَ لِلَّهِ نِدًّا وَهُوَ خَلَقَكَ

_“Engkau menjadikan terhadap Allāh Subhānahu wa Ta'āla sekutu dalam hal peribadatan padahal Dialah Allāh Dzat yang telah menciptakan kamu.”_

Siapakah antum ini, sampai berani menyekutukan Allāh, menduakan Allāh?

Dialah Allāh, Rabb langit dan bumi, maka dikatakan:

…وَإِن مِّن شَيْءٍ إِلَّا يُسَبِّحُ بِحَمْدِهِ وَلَٰكِن لَّا تَفْقَهُونَ تَسْبِيحَهُمْ  …[الإسراء : 44]

_“Tidaklah ada sesuatu yang berada dimuka bumi ini kecuali mereka bertasbih kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla, akan tetapi kalian tidak memahami bagaimana mereka bertasbih kepada Allāh.”_

(QS Al Isrā’: 44)

Demikian semoga bermanfaat. 

سبحانك اللهم وبحمدك، أشهد أن لا إله إلا الله، أستغفرك وأتوب إليك
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته 

____________

Rabu, 24 Juni 2020

Kitab AtTauhid🔊 Halaqah 012: Perintah Menjauhi Thāghut

🌍 BimbinganIslam.com
Kamis, 04 Dzulqa'dah 1441 H / 25 Juni 2020 M
👤 Ustadz Abdussalam Busyro, Lc
📗 Kitab AtTauhid
🔊 Halaqah 012: Perintah Menjauhi Thāghut
⬇ Download audio: bit.ly/UAS-K-Tauhid-012
〰〰〰〰〰〰〰

*PERINTAH MENJAUHI THĀGUTH*


بسم الله الرحمن الرحيم 
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته 
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وأصحابه ومن والاه ولا حول ولاقوة إلا بالله
رضيت بالله ربا وبالإسلام دينا وبمحمد نبيا و رسولاً
رب زدني علما وارزقني فهما

Ikhwāh wa Akhawātiy Fīllāh rahimakumullāh. 

Kita lanjutkan pembahasan kita. 

Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirman: 

وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوٓا۟ إِلَّآ إِيَّاهُ وَبِٱلْوَٰلِدَيْنِ إِحْسَـٰنًا 

_“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya.”_

(QS Al Isrā': 23)

⇒ Qadhā' memiliki arti "kewajiban".  

Di sini seorang mukmin harus paham bahwasanya tatkala kita berbicara "Tuhanmu" maka yang dimaksud adalah Allāh Subhānahu wa Ta'āla (Rabbul Ālamīn). 

Nabi Mūsā 'alayhissallām tatkala ditanya oleh Fir'aun, dimana Fir'aun berkata: 

وَمَا رَبُّ ٱلْعَـٰلَمِينَ

_"Siapa Tuhan semesta alam itu?"_

(QS Asy Syu'ārā: 23)

Maka Nabi Mūsā alayhissallām berkata: 

رَبُّ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ وَمَا بَيۡنَهُمَآۖ إِن كُنتُم مُّوقِنِينَ

_"Tuhan (pemilik) langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya (itulah Tuhanmu), jika kamu mempercayai-Nya."_

(QS. Asy Syu'ārā: 24)

Subhānallāh. 

Perhatikan! 

√ Bagaimanakah lemahnya manusia? 
√ Bagaimanakah hinanya manusia? 
√ Bagaimana lemah, dhaifnya manusia? 

Manusia adalah lemah dan ingat yang menetapkan ini adalah Allāh dan Allāh menyebutkan:

 وَقَضَىٰ رَبُّكَ 

_Sesungguhnya Allāh Subhānahu wa Ta'āla telah menetapkan._ 

Apakah yang telah Allāh Subhānahu wa Ta'āla tetapkan? 

أَلَّا تَعْبُدُوٓا۟ إِلَّآ إِيَّاهُ

_"Janganlah kalian menyembah, kecuali hanya kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla."_

Maka ketika kita berbicara: وَقَضَىٰ رَبُّكَ, maka sesungguhnya Dialah (Allāh) telah mewasiatkan, menetapkan, mensyari'atkan, "Janganlah kalian menyembah kecuali kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla."

⇒ Di sini ada nafī' dan itsbat 

Nafī' (peniadaan semua bentuk sesembahan), kecuali Allāh Subhānahu wa Ta'āla, Rabbul 'ālamīn. Dan setiap hari kita berkata, "Alhamdulillāhi Rabbil'ālamīn."

Begitu kita berbicara:

 أَلَّا تَعْبُدُوٓا۟ إِلَّآ إِيَّاهُ, 

Maka di sini seorang muslim harus paham bahwa Allāh adalah satu-satunya Dzat yang berhak untuk disembah. 

Kita ingat dalam rangkaian firman Allāh Subhānahu wa Ta'āla:

إِيَّاكَ نَعۡبُدُ وَإِيَّاكَ نَسۡتَعِينُ

_"Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan."_

(QS. Al Fātihah: 5)

Kalimat: "Saya makan Roti."

√ "Saya" adalah subjek
√ "Makan" adalah predikat
√ "Roti" adalah objek (diletakkan dibelakang). 

Tapi perhatikan bagaimanakah tatkala Allāh Subhānahu wa Ta'āla menetapkan pada firman Allāh ini, " Iyyāka (إِيَّاكَ)". 

Subhānallāh. 

⇒ Di sini Allāh Subhānahu wa Ta'āla mendahulukan objeknya. 

Kalau dalam susunan bahasa Indonesia ada istilah SPO (subjek, predikat, objek). 

√ Subjek adalah pelaku. 
√ Predikat adalah perbuatannya. 
√ Objek adalah apa yang dikenai, dalam bahasa Arab disebut maf'ulun bih. 

Kata Iyyāka (إِيَّاكَ) di sini adalah maf'ulun bih (objeknya) dan didahulukan, menunjukkan (ditekankan) bahwa Dialah Allāh Subhānahu wa Ta'āla satu-satunya Dzat yang berhak untuk disembah. 

Ikhwāh wa Akhawātiy Fīllāh rahimakumullāh. 

Begitu kita berbicara, 

وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوٓا۟ إِلَّآ إِيَّاهُ

Maka di sini seorang mukmin hendaknya memahami bahwasanya Dialah Allāh Subhānahu wa Ta'āla satu-satunya Dzat yang berhak untuk disembah. 

Demikian semoga bermanfaat. 

Apabila ada hal yang kurang berkenan mohon maaf yang sebesar-besarnya. 

السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته 

_________________________

Selasa, 23 Juni 2020

Kitab AtTauhid🔊 Halaqah 011: Perintah Menjauhi Thāghut

🌍 BimbinganIslam.com
Rabu, 03 Dzulqa'dah 1441 H / 24 Juni 2020 M
👤 Ustadz Abdussalam Busyro, Lc
📗 Kitab AtTauhid
🔊 Halaqah 011: Perintah Menjauhi Thāghut
⬇ Download audio: bit.ly/UAS-K-Tauhid-011
〰〰〰〰〰〰〰

*PERINTAH MENJAUHI THĀGHUT*


بسم الله الرحمن الرحيم 
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته 
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وأصحابه ومن والاه ولا حول ولاقوة إلا بالله
رضيت بالله ربا وبالإسلام دينا وبمحمد نبيا و رسولاً
رب زدني علما وارزقني فهما

Ikhwāh wa Akhawātiy Fīllāh rahimakumullāh. 

Di zaman sekarang pun banyak orang yang terkadang berlebihan tatkala datang ke kuburan (ziarah kubur). 

Boleh seseorang ziarah kubur, Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam pernah bersabda:

كنت نهيتكم عن زيارة القبور ألا فزوروها فإنها ترق القلب ، وتدمع العين ، وتذكر الآخرة ، ولا تقولوا هجرا

_“Dulu aku pernah melarang kalian untuk berziarah-kubur. Namun sekarang ketahuilah, hendaknya kalian berziarah kubur. Karena ia dapat melembutkan hati, membuat air mata berlinang dan mengingatkan kalian akan akhirat. Namun jangan kalian mengatakan perkataan yang tidak layak (qaulul hujr) ketika berziarah.”_

(Hadīts riwayat Al Hākim no.1393, dishahīhkan Albāniy dalam Shahīh Al Jāmi’, 7584)

Hadīts ini menganjurkan untuk berziarah kubur, tetapi bagi mereka yang memiliki kebiasaan berziarah kubur secara rutin, khususnya wanita, maka Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam melarangnya. 

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam menyebutkan:

لَعَنَ اللَّه زَوَّارَات الْقُبُور

_"Allāh melaknat wanita yang sering berziarah kubur.”_

(Hadīts riwayat At Tirmidzī nomor 1056 Tirmidzī berkata: “Hadits ini hasan shahīh”)

Tatkala kita hendak ziarah kubur hendaknya kita berziarah kubur dengan benar, jangan sampai berlebihan apalagi sampai meminta kepada pemilik kubur. 

Karena pemilik kubur, sesungguhnya dia sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Untuk dirinya sendiri saja tidak bisa apalagi untuk orang lain. 

Maka untuk orang yang sudah meninggal dunia kewajiban bagi mereka yang masih hidup adalah mewudhū'kannya, memandikannya, mengkafaninya dan menyolatinya dan menguburkannya. 

Karena sesungguhnya mereka (orang-orang yang sudah meninggal dunia) tidak bisa berbuat apa-apa. 

Kata: الطّاغوت ( thāghūt) pada pembahasan yang lewat telah kita sampaikan juga (yaitu) para dukun yang kedatangan para jinn. 

⇒ Para dukun, yang datang kepada mereka adalah para syaithān.

√ Para dukun ini "ketamonan" (kedatangan tamu), siapakah yang menjadi shahibul baitnya? Yaitu dukun. 

√ Siapakah tamunya? Yaitu syaithān 

⇒ Dan syaithān mencuri berita dari langit.

Allāh Subhānahu wa Ta'āla menyebutkan salah satu tujuan menciptakan bintang. 

Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirman: 

وَجَعَلْنَـٰهَا رُجُومًۭا لِّلشَّيَـٰطِين

_"Dan Kami jadikan bintang-bintang itu alat-alat pelempar kepada syaithān."_

(QS Al Mulk: 5)

Maka seorang mukmin hendaknya paham bahwasanya dukun tatkala mereka membawakan suatu berita, berita tersebut diambil dari langit yang dicuri oleh syaithān. 

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam menyebutkan setiap kali ada berita kebenaran maka syaithān menghiasinya dengan seratus kedustaan. 

Dan Allāh menyebutkan:

وَجَعَلْنَـٰهَا رُجُومًۭا لِّلشَّيَـٰطِين

_Dan Kami jadikan bintang-bintang itu alat-alat pelempar syaithān (yang hendak mencuri berita dari langit)._

Bahkan jinn (mereka) mengatakan:

فَمَن يَسْتَمِعِ ٱلْـَٔانَ يَجِدْ لَهُۥ شِهَابًۭا رَّصَدًۭا

_"Barangsiapa yang (mencoba) mendengar-dengarkan (seperti itu) tentu akan menjumpai panah api yang mengintai (untuk membakarnya).”_

(QS Al Jinn: 9)

Tentunya bisa jadi dua hal:

⑴ Jinn atau syaithān mencuri berita dari langit dan Allāh Subhānahu wa Ta'āla kirimkan bintang yang sangat panas dan mereka terkena bintang tersebut sebelum mereka memindahkan berita kepada syaithān yang berada di bawahnya. 

⑵ Bisa jadi syaithān terkena lemparan bintang, tapi sebelum lemparan bintang mengenainya dia telah berhasil menyampaikan berita kepada syaithān yang berada di bawahnya dan terakhir sampai kepada para dukun. 

Tapi yang harus kita ingat, apabila ada berita kebenaran maka syaithān akan menghiasi dengan seratus kedustaan. 

Sesungguhnya para jinn adalah para pendusta. 

Ikhwāh wa Akhawātiy Fīllāh rahimakumullāh. 

Pada pertemuan lalu telah kita sampaikan bahwasanya tatkala jinn (syaithān) mencuri berita dari langit mereka "punji-punjian" (saling menggendong satu sama lain) dari bawah sampai ke atas. 

Demikian semoga bermanfaat. 

Apabila ada hal yang kurang berkenan mohon maaf yang sebesar-besarnya. 

نحتفظ بهذا القدر
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته 

_________________________

Senin, 22 Juni 2020

Kitab AtTauhid🔊 Halaqah 010: Perintah Menjauhi Thāghut

🌍 BimbinganIslam.com
Selasa, 02 Dzulqa'dah 1441 H / 23 Juni 2020 M
👤 Ustadz Abdussalam Busyro, Lc
📗 Kitab AtTauhid
🔊 Halaqah 010: Perintah Menjauhi Thāghut
⬇ Download audio: bit.ly/UAS-K-Tauhid-010
〰〰〰〰〰〰〰

*PERINTAH MENJAUHI THAGUT*


بسم الله الرحمن الرحيم 
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته 
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وأصحابه ومن والاه ولا حول ولاقوة إلا بالله
رضيت بالله ربا وبالإسلام دينا وبمحمد نبيا و رسولاً
رب زدني علما وارزقني فهما


Ikhwāh wa Akhawātiy Fīllāh rahimakumullāh. 

Syukur kita kehadirat Allāh atas nikmat dan karunia-Nya. 

Kesempatan yang baik untuk bisa kembali pada Silsilah Tauhīd. 

Nikmat dan karunia tersendiri tatkala kita diberi oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla suatu kesempatan untuk meng-Esa-kan Allāh Subhānahu wa Ta'āla dan ini merupakan seruan para rasūl. 

Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirman: 

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِى كُلِّ أُمَّةٍۢ رَّسُولًا أَنِ ٱعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ وَٱجْتَنِبُوا۟ ٱلطَّـٰغُوتَ ۖ

_Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasūl pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allāh (saja) dan jauhilah thāghūt itu."_

(QS An Nahl: 36)

Pada pembahasan yang lalu telah kita sampaikan beberapa arti terkait dengan pengertian thāghūt. 

Di antaranya adalah: 

كل ما عبد من دون الله

_"Segala sesuatu yang disembah selain Allāh Subhānahu wa Ta'āla."_

Thāghūt berasal dari kata thugyan atau taghā yang artinya "melewati batas". 

Pada pembahasan yang lalu telah disampaikan salah satu di antara arti thāghūt yaitu al matbu’ (yang diikuti) Siapa saja yang diikuti, bisa jadi mereka adalah para tukang ramal, para tukang sihir, ulamā yang buruk. 

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:

إِنَّ اللهَ لاَ يَقْبِضُ الْعِلْمَ انْتِزَاعًا يَنْتَزِعُهُ مِنَ الْعِبَادِ، وَلَكِنْ يَقْبِضُ الْعِلْمَ بِقَبْضِ الْعُلَمَاءِ حَتَّـى إِذَا لَمْ يَبْقَ عَالِمًا اتَّخَذَ النَّاسُ رُءُوسًا جُهَّالاً فَسُئِلُوا، فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا

_Sesungguhnya Allāh tidak mencabut ilmu sekaligus dari para hamba, akan tetapi Allāh mencabut ilmu dengan mewafatkan para ulamā, sehingga ketika tidak tersisa lagi seorang alim, maka manusia akan menjadikan orang-orang bodoh sebagai pemimpin, lalu mereka ditanya, kemudian mereka akan memberikan fatwa tanpa ilmu, maka mereka sesat lagi menyesatkan orang lain._

(Hadīts shahīh riwayat Bukhāri) 

Thāghūt juga bisa memiliki arti alma’bud, sesuatu yang disembah, bisa juga al ashnām. 

Dan Nabi Ibrāhīm alayhissallām berdo'a kepada Allāh:

وَٱجْنُبْنِى وَبَنِىَّ أَن نَّعْبُدَ ٱلْأَصْنَامَ

_"Dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah al ashnām (berhala-berhala)."_

(QS. Ibrāhīm: 35)

Al ashnām (ٱلْأَصْنَامَ) adalah jamak dari shānam (patung) dan tentunya patung yang berbentuk manusia atau hewan. 

Adapun watsan, sesuatu yang disembah selain Allāh tetapi tidak berbentuk hewan atau manusia tetapi bisa jadi berupa pohon, kuburan, batu besar. 

Maka Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam menyebutkan:

اللَّهُمَّ لاَ تَجْعَلْ قَبْرِي وَثَنًا يُعْبَدُ

_”Yā Allāh ! Janganlah Engkau jadikan kuburku sebagai watsan (berhala) yang disembah."_

Nabi tidak menyebutkan, 

اللَّهُمَّ لاَ تَجْعَلْ قَبْرِي صنما يُعْبَدُ

_"Yā Allāh ! Janganlah Engkau jadikan kuburku shānam (patung) yang disembah."_

Tidak! Tapi Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam menyebutkan ”Yā Allāh ! Janganlah Engkau jadikan kuburku sebagai berhala (watsan) yang disembah." Dan Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam mengkhawatirkannya. 

Demikian semoga bermanfaat. 

نحتفظ بهذا القدر

Apabila ada yang kurang berkenan mohon maaf yang sebesar-besarnya. 

السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته 

_________________________

Minggu, 21 Juni 2020

Kitab AtTauhid🔊 Halaqah 009: Perintah Menjauhi Thāghut

🌍 BimbinganIslam.com
Senin, 01 Dzulqa'dah 1441 H / 22 Juni 2020 M
👤 Ustadz Abdussalam Busyro, Lc
📗 Kitab AtTauhid
🔊 Halaqah 009: Perintah Menjauhi Thāghut
⬇ Download audio: bit.ly/UAS-K-Tauhid-009
〰〰〰〰〰〰〰

*PERINTAH MENJAUHI THAGUT*


بسم الله الرحمن الرحيم 
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته 
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وأصحابه ومن والاه ولا حول ولاقوة إلا بالله
رضيت بالله ربا وبالإسلام دينا وبمحمد نبيا و رسولاً
رب زدني علما وارزقني فهما


Sahabat BiAS yang kami muliakan. 

Di dalam sebuah hadīts Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam menyebutkan:

مَنْ أَتَى كَاهِناً أَوْ عَرَّافاً فَصَدَّقَهُ بِمَا يَقُولُ فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ

_“Barangsiapa yang mendatangi dukun atau tukang ramal, lalu ia membenarkannya, maka ia telah kufur pada Al Qurān yang telah diturunkan pada Muhammad."_

(Hadīts riwayat Ahmad nomor 9532. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadīts ini hasan)

Dan barangsiapa mendatangi dukun (hanya coba-coba) untuk mengetes benar atau tidaknya perkataan dukun tersebut, maka shalāt orang tersebut selama 40 hari tidak akan diterima oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla. 

Tadi kita katakan thāghūt bisa jadi kuhān, tukang sihir. Di dalam Al Qurān Allāh Subhānahu wa Ta'āla menyebutkan:

وَمِن شَرِّ ٱلنَّفَّٰثَٰتِ فِي ٱلۡعُقَدِ

_"Dan dari kejahatan (perempuan-perempuan) penyihir yang meniup pada buhul-buhul (talinya).”_

(QS. Al Falaq:  4)

Kenapa di sini dikatakan: ٱلنَّفَّٰثَٰتِ (tukang sihir wanita)?

Ini menunjukkan tukang sihir wanita jumlahnya lebih banyak dibanding tukang sihir laki-laki. 

Karena Allāh menyebutkan: وَمِن شَرِّ ٱلنَّفَّٰثَٰتِ dan yang dimaksud dengan: ٱلنَّفَّٰثَٰتِ adalah wanita yang memiliki kebiasaan meniupkan pada buhul-buhulnya (simpul-simpulnya). 

Sahabat BiAS yang kami muliakan.

Allāh Subhānahu wa Ta'āla menyebutkan di dalam Al Qurān:

وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوٓا۟ إِلَّآ إِيَّاهُ وَبِٱلْوَٰلِدَيْنِ إِحْسَـٰنً

_"Dan Tuhanmu telah mewasiatkan supaya kamu tidak menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya."_

(QS. Al Isrā': 23)

⇒ Qadhā' itu sifatnya bisa syar'i atau kauniy, 

⑴ Qadhā' syar’i adalah suatu ketetapan yang bisa jadi terjadi dan bisa jadi tidak terjadi, akan tetapi apa yang ditetapkan tersebut adalah sesuatu yang dicintai oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla. 

Contoh: 

√ Shalāt, (Allāh mencintai) shalāt merupakan ketetapan. 

√ Seseorang mengeluarkan zakāt, zakāt adalah ketetapan. 

√ Seseorang membaca Al Qurān, membaca Al Quraisy adalah ketetapan dan Allāh cintai dengannya. 

⑵ Qadhā' kauniy, dan qadhā' kauniy ini mesti terjadi, bisa jadi Allāh cinta dan bisa jadi Allāh tidak mencintainya, dan itu mesti terjadi. 

Contoh: Kufurnya Fir'aun. Fir'aun diciptakan dan ditetapkan menjadi fitnah bagi umat di zamannya dan umat-umat sesudahnya. 

Sahabat BiAS yang kami muliakan. 

Qadhā' kauniy sifatnya kerusakan dan Allāh Subhānahu wa Ta'āla tidak menyukainya, tetapi Allāh menetapkan dan mesti terjadi. 

Contoh lain: Kufurnya iblīs mesti terjadi dan telah ditetapkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Sekalipun Allāh tidak suka tetapi Allāh menciptakannya sebagai ujian, karena sesungguhnya Allāh menyebutkan, 

ٱلَّذِى خَلَقَ ٱلْمَوْتَ وَٱلْحَيَوٰةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًۭا ۚ وَهُوَ ٱلْعَزِيزُ ٱلْغَفُورُ

_"Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun."_

(QS. Al Mulk: 2)

Siapa yang dikatakan:

ظَهَرَ ٱلْفَسَادُ فِى ٱلْبَرِّ وَٱلْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِى ٱلنَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعْضَ ٱلَّذِى عَمِلُوا۟ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

_"Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya mereka merasakan sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)."_

(QS. Ar Rum: 41)

Tentunya kita sebagai warga Indonesia belakang ini kita sedih karena banyaknya terjadi musibah yang menimpa saudara kita.  

Seperti; di Lombok terjadi gempa, di Palu terjadi gempa bahkan tsunami, di Jawa Barat (Banten) terjadi Tsunami juga, di Sukabumi terjadi tanah longsor, terjadi di Surabaya amblesnya tanah. Subhānallāh. 

Semua ini terjadi karena manusia yang memiliki peran di dalamnya, kenapa ? Muncul kerusakan. 

Pada zaman Umar bin Khaththāb radhiyallāhu ta'āla 'anhu pernah terjadi gempa, bahkan di zaman Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam di Madīnah pernah terjadi gempa. 

Ketika di Madīnah terjadi gempa, apa yang dilakukan Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam? 

Beliau (shallallāhu 'alayhi wa sallam) meletakkan tangannya yang mulia ke muka bumi kemudian beliau (shallallāhu 'alayhi wa sallam) mengatakan, "Tenanglah, sesungguhnya waktumu belum datang," kemudian setelah itu tidak terjadi gempa lagi.  

Sesudah Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam wafat kemudian Abū Bakar Ash-Shiddīq yang memimpin, di zaman Abū Bakar tidak terjadi gempa, tetapi di zaman Umar bin Khaththāb radhiyallāhu ta'āla 'anhu, Madīnah diguncang dengan gempa. 

Sesudah itu apakah yang dilakukan Umar? 

Umar radhiyallāhu ta'āla 'anhu mengumpulkan penduduk Madīnah, kemudian beliau berkata, "Sungguh, jarak antara Nabi dengan kita belum lama."

Artinya Umar ingat akan sabda Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam, "Tenanglah, sesungguhnya waktumu belum datang,"kemudian Umar bin Khaththāb memberikan ancaman kepada penduduk Madīnah. 

Dan Umar berkata, "Sekiranya, sesudah ini terjadi gempa lagi, niscaya aku akan tinggalkan kalian."

Umar bin Khaththāb adalah orang yang terbaik di waktu itu dan penduduk Madīnah khawatir jika ditinggal oleh orang yang terbaik (Umar bin Khaththāb), setelah itu kaum muslimin tenang dan tidak terjadi maksiat lagi. 

Musibah itu datang karena banyaknya maksiat yang terjadi. 

Demikian kajian kita pada kesempatan kali ini, kalau ada yang kurang berkenan mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Terima kasih kami ucapkan kepada sahahat BiAS semoga lain waktu kita bisa bersua kembali. 


سبحانك اللهم وبحمدك، أشهد أن لا إله إلا الله، أستغفرك وأتوب إليك
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته 

__________________________________

Rabu, 17 Juni 2020

Kitab AtTauhid🔊 Halaqah 008: Perintah Menjauhi Thāghut

🌍 BimbinganIslam.com
Kamis, 26 Syawwal 1441 H / 18 Juni 2020 M
👤 Ustadz Abdussalam Busyro, Lc
📗 Kitab AtTauhid
🔊 Halaqah 008: Perintah Menjauhi Thāghut
⬇ Download audio: bit.ly/UAS-K-Tauhid-008
〰〰〰〰〰〰〰

بسم الله الرحمن الرحيم 
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته 
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وأصحابه ومن والاه ولا حول ولاقوة إلا بالله
رضيت بالله ربا وبالإسلام دينا وبمحمد نبيا و رسولاً
رب زدني علما وارزقني فهما


Sahabat BiAS yang kami muliakan. 

Allāh Subhānahu wa Ta'āla menyebutkan: 
 
 أَنِ ٱعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ وَٱجْتَنِبُوا۟ ٱلطَّـٰغُوتَ

"Sembahlah Allāh (saja) dan jauhilah Thāghūt itu."

(QS. Al Nahl: 36)

Begitu seseorang berbicara (menjauh) maka di sinilah seorang mukmin harus paham bahwasanya di dalam agama ini, ada dua hal dan tidak ada pilihan ketiga. 

√ Halal dan haram. 
√ Larangan dan perintah. 

Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirman:

أَيَحْسَبُ ٱلْإِنسَـٰنُ أَن يُتْرَكَ سُدًى

"Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggung jawaban) ?"

(QS. Al Qiyāmah: 36)

Imam Asy-Syāfi'i rahimahullāh, beliau mengomentari firman Allāh di atas. 

Beliau berkata: "Apakah dia tidak diperintah dan tidak dilarang? "

Tidak! Kehidupan ini, kalau tidak ada larangan berarti terdapat perintah, bila tidak ada perintah berarti ada larangan, di balik semua larangan terkandung manfaat di dalamnya, begitu pula di balik perintah pastinya ada maslahah di dalamnya. 

Maka Allāh Subhānahu wa Ta'āla mengatakan di sini, وَٱجْتَنِبُوا۟. Yang pertama أَنِ ٱعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ, Ini adalah perintah, “Sembahlah Allāh !, berikutnya datanglah larangan. 

Apa larangannya? 

Larangannya وَٱجْتَنِبُوا۟ ٱلطَّـٰغُوتَ dan jauhilah thāghūt. 

⇒ Yang dimaksud thāghūt adalah segala sesuatu yang disembah selain Allāh. 

Dikatakan di antara arti thāghūt adalah apa yang diikuti, orang yang diikuti bisa jadi al kuhān. 

Ada seorang alim memberikan penjelasan yang dimaksud thāghūt adalah para dukun yang didatangi oleh para syaithān. 

Sahabat BiAS yang kami muliakan. 

Sesungguhnya para dukun itu memiliki pasukan, pasukannya adalah para syaithān, para jinn, mereka selalu berusaha mencari berita dari langit. 

Dikatakan mereka adalah para jinn yang senantiasa gendong-gendongan sampai langit untuk mencuri berita, begitu dia berhasil mendapatkan berita, maka dia akan memberikan berita tersebut kepada jinn dibawahnya lalu sampailah pada jinn yang terakhir dan jinn yang terakhir akan menyampaikan kepada dukun. 

Dan Allāh menyebutkan di dalam Al Qurān sehingga salah satu yang disebutkan di dalam Al Qurān. 

Jinn berkata, 

وَأَنَّا كُنَّا نَقۡعُدُ مِنۡهَا مَقَٰعِدَ لِلسَّمۡعِۖ فَمَن يَسۡتَمِعِ ٱلۡأٓنَ يَجِدۡ لَهُۥ شِهَابٗا رَّصَدٗا

"Dan sesungguhnya kami (jinn) dahulu dapat menduduki beberapa tempat di langit itu untuk mencuri dengar (berita-beritanya). Tetapi sekarang siapa (mencoba) mencuri dengar (seperti itu) pasti akan menjumpai panah-panah api yang mengintai (untuk membakarnya).”

(QS. Al Jinn: 9)

⇒ Dan di sinilah salah satu manfaat bintang 

Kenapa Allāh menciptakan bintang? 

Allāh Subhānahu wa Ta'āla menyebutkan, 

وَلَقَدْ زَيَّنَّا ٱلسَّمَآءَ ٱلدُّنْيَا بِمَصَـٰبِيحَ وَجَعَلْنَـٰهَا رُجُومًۭا لِّلشَّيَـٰطِينِ ۖ وَأَعْتَدْنَا لَهُمْ عَذَابَ ٱلسَّعِيرِ

"Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang dan Kami jadikan bintang-bintang itu alat-alat pelempar syaithān dan Kami sediakan bagi mereka siksa neraka yang menyala-nyala."

(QS. Al Mulk: 5)

Ada dua kemungkinan: 

⑴ Tatkala jinn atau syaithān mencuri berita dari langit, maka Allāh melemparkan bintang dengan bintang tersebut terlempar maka jinn akan kena, sehingga gagallah berita yang akan tersebar di muka bumi. 

Kenapa gagal? 

Karena sebelum jinn menyampaikan berita kepada yang ada di bawahnya,  jinn tersebut telah terkena lemparan bintang. 

⑵ Bisa jadi lemparan tersebut tidak kena, bisa saja Allāh memerintahkan malāikat melempar bintang kepada para pencuri (jinn) yang hendak mengambil berita dari langit. 

Dalam artian dia kena tetapi sebelum dia kena, jinn di atasnya sudah mampu menyampaikan berita kepada jinn yang ada di bawahnya. 

Sehingga terkadang (maaf) berita yang datang dari dukun itu benar, tapi ingat bahwasanya Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda, 

"Jika ada suatu berita kebenaran maka syaithān menghiasinya dengan seratus berita kedustaan."

Maka berita yang datang dari dukun itu tidak benar, jika ada yang benarpun, maka tidak ada 1 persennya. 

Demikian kajian kita pada kesempatan kali ini, ada yang kurang berkenan mohon maaf yang sebesar-besarnya, terima kasih kami ucapkan kepada sahahat BiAS semoga lain waktu kita bisa bersua kembali. 


سبحانك اللهم وبحمدك، أشهد أن لا إله إلا الله، أستغفرك وأتوب إليك
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته 

__________________________________

Selasa, 16 Juni 2020

Kitab AtTauhid🔊 Halaqah 007: Pengertian Ibadah

🌍 BimbinganIslam.com
Rabu, 25 Syawwal 1441 H / 17 Juni 2020 M
👤 Ustadz Abdussalam Busyro, Lc
📗 Kitab AtTauhid
🔊 Halaqah 007: Pengertian Ibadah
⬇ Download audio: bit.ly/UAS-K-Tauhid-007
〰〰〰〰〰〰〰

*PENGERTIAN IBADAH*


بسم الله الرحمن الرحيم 
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته 
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وأصحابه ومن والاه ولا حول ولاقوة إلا بالله
رضيت بالله ربا وبالإسلام دينا وبمحمد نبيا و رسولاً
رب زدني علما وارزقني فهما

Sahabat BiAS yang kami muliakan. 

Pengertian ibadah adalah: Segala sesuatu yang mencakup hal-hal yang Allāh Subhānahu wa Ta'āla cinta dengannya dan ridhā dengannya baik berupa perkataan maupun perbuatan. 

Perkataan yang baik jauh lebih mulia dibandingkan seseorang bersedekah kemudian sedekah tersebut diikuti dengan penyebutan dan sebutan. 

Kemudian, Allāh Subhānahu wa Ta'āla menyebutkan: "Siapakah yang disembah?"

Yang disembah tiada lain kecuali Allāh Subhānahu wa Ta'āla. 

Nabi Ibrāhīm alayhissallām pernah berkata: 

وَٱجْنُبْنِى وَبَنِىَّ أَن نَّعْبُدَ ٱلْأَصْنَامَ

_"Dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku dari menyembah berhala-berhala.”_

(QS. Ibrāhīm: 35)

Dalam bahasa Arab ada istilah: صنم , artinya "berhala". Berhala yang berbentuk manusia, hewan atau makhluk hidup lainnya. 

Berbeda dengan: وثن , artinya berhala yang diagungkan (disembah) dan berhala tersebut tidak berupa makhluk hidup (misalnya pohon, kuburan). 

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam pernah bersabda: 

  اللَّهُمَّ لا تَجْعَلْ قَبْرِي وَثَنًا يُعْبَدُ 

_"Yā Allahu, janganlah engkau menjadikan kuburanku berhala yang diibadahi.”_

Subhānallāh, 

Apa yang dikhawatirkan oleh Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam luar biasa! 

Beliau khawatir kuburannya dijadikan oleh orang-orang untuk tempat beribadah dan di zaman sekarang kita jumpai ada sebagian kuburan yang didatangi banyak orang, sehingga terkadang terjadi kesyirikan (hal-hal yang Allāh tidak ridha) dengannya. 

Kenapa ? 

Karena sebagian orang sering kali datang ke kuburan bahkan menyembahnya. Kalau sekedar datang ke kuburan tidak masalah. Orang datang ke kuburan, boleh! Sebagaimana disebutkan di dalam hadīts. 

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda: 

كُنْتُ نَهَيْتُكُمْ عَنْ زِيَارَةِ الْقُبُورِ، أَلا فَزُورُوهَا، فَإِنَّهُ يَرِقُّ الْقَلْبَ، وَتَدْمَعُ الْعَيْنَ، وَتُذَكِّرُ الآخِرَةَ، وَلا تَقُولُوا هَجْرًا

_"Dulu aku pernah melarang kalian untuk berziarah-kubur. Namun sekarang ketahuilah, hendaknya kalian berziarah kubur. Karena ia dapat melembutkan hati, membuat air mata berlinang, dan mengingatkan kalian akan akhirat. Namun jangan kalian mengatakan perkataan yang tidak layak (qaulul hujr), ketika berziarah.”_

(Hadīts riwayat Al Hākim no.1393, dishahīhkan Al Albāniy dalam Shahīh Al Jāmi’, 7584)

⇒ Ini menunjukkan bolehnya ziarah kubur. 

Tetapi Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda: 

لَعَنَ اللَّه زَوَّارَات الْقُبُور

_"Allāh melaknat wanita yang sering berziarah kubur.”_

(Hadīts riwayat At Tirmidzī nomor 1056, komentar At Tirmidzī : “Hadīts ini hasan shahīh.”)

Disebutkan di dalam hadīts lain bahwasanya di antara fungsi ziarah kubur adalah mengingatkan seseorang akan kematian. 

Tetapi di zaman sekarang, kita jumpai adanya sebagian orang yang berziarah kubur tidak untuk mengingat kematian tetapi untuk mengingat kehidupan. 

Bagaimana ziarah kubur mengingatkan kehidupan? 

Tadi disebutkan asal muasal ziarah kubur diperbolehkan untuk mengingat kematian. Ingat suatu saat nanti setiap manusia akan meninggal dunia. 

Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirman: 

كُلُّ نَفْسٍۢ ذَآئِقَةُ ٱلْمَوْتِ

_"Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati."_

قُلْ إِنَّ ٱلْمَوْتَ ٱلَّذِى تَفِرُّونَ مِنْهُ فَإِنَّهُۥ مُلَـٰقِيكُمْ ۖ

_Katakanlah: "Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu."_

(QS. Al Jumu'ah: 8)

Di sini, manfaat ziarah kubur adalah untuk mengingat kematian. 

Tadi kita katakan adanya sebagian orang ziarah kubur untuk mengingat kehidupan, bagaimana bentuknya? 

Sahabat BiAS yang kami muliakan. 

Ada sebagian orang begitu akan pergi untuk ziarah kubur, mereka menyiapkan makanan, minuman dengan dalih apa yang menjadi kebiasaan (kesukaan) yang meninggal sewaktu masih hidup, itu yang mereka bawa. 

Kalau yang meninggal dulunya (misalnya, ayahnya) suka kopi maka mereka membawakan kopi kekuburan. Ketika masih hidup dahulu si mayit suka pisang goreng atau bakwan maka dia membawakan pisang goreng atau bakwan tersebut. 

Di sinilah sebagian orang ziarah kubur untuk mengingat kehidupan, mengingat apa yang menjadi kesukaan si mayat waktu masih hidup, itulah yang dibawa. 

Sahabat BiAS yang kami muliakan. 

Suatu saat ada seseorang pernah berkata kepada kami:

"Ustadz, saya pernah datang ke kuburan dengan kerabat saya dan waktu itu kami datang ke sana dengan membawa apa yang menjadi kesukaan ayah saya waktu beliau masih hidup yaitu teh pahit, karena acara di sana lama sekali sehingga saya haus kemudian saya minum teh pahit tersebut, semua saudara saya melihat ke arah saya dengan pandangan yang tidak menyenangkan karena saya telah meminum teh pahit yang seharusnya diberikan kepada ayah saya."

Kemudian saya mengatakan kepada mereka, "Nanti kalau ayah bertanya: Siapa yang minum teh pahitnya? Katakan: Saya yang minum teh beliau."

Sahabat BiAS yang kami muliakan.

Jadi, ada sebagian orang datang ke kuburan dalam rangka mengingat kehidupan. Oleh karena itu seorang mukmin hendaknya sebelum melakukan sesuatu harus berilmu. 

Sebagaimana firman Allāh Subhānahu wa Ta'āla: 

يَرْفَعِ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ مِنكُمْ وَٱلَّذِينَ أُوتُوا۟ ٱلْعِلْمَ دَرَجَـٰتٍۢ ۚ 

_"Allāh akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat."_

(QS. Al Mujadilah: 11)

Demikian kajian kita pada kesempatan kali ini. Jika ada yang kurang berkenan, mohon maaf yang sebesar-besarnya. Terima kasih kami ucapkan kepada sahahat BiAS semoga lain waktu kita bisa bersua kembali. 


سبحانك اللهم وبحمدك، أشهد أن لا إله إلا الله، أستغفرك وأتوب إليك
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته 

__________________________________

Senin, 15 Juni 2020

Kitab AtTauhid🔊 Halaqah 006: Apakah Arti Ibadah

🌍 BimbinganIslam.com
Selasa, 24 Syawwal 1441 H / 16 Juni 2020 M
👤 Ustadz Abdussalam Busyro, Lc
📗 Kitab AtTauhid
🔊 Halaqah 006: Apakah Arti Ibadah
⬇ Download audio: bit.ly/UAS-K-Tauhid-006
〰〰〰〰〰〰〰

*APAKAH ARTI IBADAH?*


بسم الله الرحمن الرحيم 
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته 
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وأصحابه ومن والاه ولا حول ولاقوة إلا بالله


Sahabat BiAS yang kami muliakan. 

Allāh Subhānahu wa Ta'āla menyebutkan di dalam Al Qurān: 

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِى كُلِّ أُمَّةٍۢ رَّسُولًا أَنِ ٱعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ وَٱجْتَنِبُوا۟ ٱلطَّـٰغُوتَ ۖ فَمِنْهُم مَّنْ هَدَى ٱللَّهُ وَمِنْهُم مَّنْ حَقَّتْ عَلَيْهِ ٱلضَّلَـٰلَةُ ۚ فَسِيرُوا۟ فِى ٱلْأَرْضِ فَٱنظُرُوا۟ كَيْفَ كَانَ عَـٰقِبَةُ ٱلْمُكَذِّبِينَ

_Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasūl pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan):_

_"Sembahlah Allāh (saja), dan jauhilah Thāgūt itu."

_Maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allāh dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasūl-rasūl)."_

(QS An Nahl: 36)

Allāh menyebutkan, "Dan sungguh telah Kami utus rasūl," bukan orang biasa, karena rasūl adalah utusan Allāh, utusan terbaik dari Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Tatkala kita berbicara sesuatu hal yang biasa disebut maka hal tersebut tidak memiliki arti yang berlebih. Tetapi tatkala sesuatu tersebut disandarkan kepada yang mulia maka jadilah ia mulia 

Contoh:

√ Baitun artinya rumah. 
√ Baitullāh artinya rumah Allāh. 

Apabila ada penyandaran kalimat sesudahnya (Allāh) maka jadilah mulia (baitullāh) karena yang dimaksud adalah Ka'bah. 

√ Abdun artinya hamba, jika disandarkan pada yang mulia maka jadilah Abdullāh (hamba Allāh). 

Allāh Subhānahu wa Ta'āla mengutus Rasūlullāh: 

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِى كُلِّ أُمَّةٍۢ رَّسُولًا

_"Sungguhnya Kami telah mengutus rasūl pada tiap-tiap umat."_

Dan Allāh menyebutkan: 

"Ada rasūl Allāh, yang Allāh kabarkan kepada kita semua, ada juga rasūl-rasūl Allāh yang tidak dikabarkan (diceritakan) Kepada kita."

Apakah tugas para nabi? 

Allāh Subhānahu wa Ta'āla menyebutkan:  ٱعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ (hendaknya mereka beribadah). 

Ibadah memiliki arti: 

اسم جامع لكل مايحبه الله ويرضاه

_"Segala sesuatu yang Allāh cinta dengannya dan Allāh ridhā dengannya."_

Siapun di antara kita, cinta kepada orang tua kita (bapak, ibu kita). Makan ketika kita hendak menikah maka kita berharap ridhā kedua orang tua kita (restu orang tua kita).

Subhānallāh. 

Maka tidak ada nikmat yang melebihi nikmatnya seseorang memperoleh keridhāan dari Allāh Subhānahu wa Ta'āla. 

Shahābat Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam semuanya masuk surga karena mereka mendapatkan gelar yang mulia dan Allāh Subhānahu wa Ta'āla mengatakan: "Radhiyallāhu 'anhum wa radhu'an (Allāh Subhānahu wa Ta'āla ridhā dengan mereka dan merekapun ridhā kepada Allāh)."

Subhānallāh, kemuliaan. 

Mana kala kita hidup dan senantiasa berdo'a dengan mengatakan: 

رضيت بالله ربا 

_"Yā Allāh, aku ridhā bahwasanya Engkau adalah Tuhanku."_

Sehingga tatkala seseorang berkata: رضيت بالله ربا , dia berkata dengan sejujurnya. (Subhānallāh), maka Allāh Subhānahu wa Ta'āla akan senantiasa memberikan kepadanya penjagaan. 

Karena semua yang dilakukan hamba ini berada di dalam gengaman Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Dia menyerahkan urusannya hanya kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Dan demikianlah hendaknya seorang mukmin, dia bertawakal kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla. 

Allāh Subhānahu wa Ta'āla menyebutkan: 

وَعَلَى ٱللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ ٱلْمُتَوَكِّلُونَ

_"Dan hanya kepada Allāh saja orang-orang yang bertawakkal itu, berserah diri."_

(QS Ibrāhīm: 12)

Apakah yang Allāh Subhānahu wa Ta'āla cinta dan ridhā dengannya? 

Seseorang melakukan sesuatu atau meninggalkan sesuatu adalah perbuatan, maka dikatakan seseorang melakukan suatu hal maka itu adalah perbuatan. Dan seseorang meninggalkan sesuatu juga perbuatan. 

Allāh Subhānahu wa Ta'āla menyebutkan: 

Ada orang yang membaca Al Qurān sehingga Allāh Subhānahu wa Ta'āla memuliakan orang tersebut tetapi ada juga orang tidak membaca Al Qurān sehingga Allāh Subhānahu wa Ta'āla menyebutkan, "Mereka menjadikan Al Qurān tidak lagi dibaca.”

Apakah berbuatan tersebut nampak atau tersembunyi, karena ada sebagian orang yang melakukan suatu perbuatan dan perbuatan tersebut harus nampak. 

Contoh: 

√ Seseorang mengeluarkan zakāt fithr, zakāt tersebut harus nampak tidak boleh disembunyikan. 

√ Seorang laki-laki datang ke masjid, tidak boleh dia datang ke masjid secara sembunyi-sembunyi. Shalāt fardhu bagi laki-laki harus tampak dilakukan di masjid. 

Ada juga amalan yang boleh disembunyikan boleh juga ditampakkan. 

Contoh: 

√ Seseorang mengeluarkan infāq. 

Dan seseorang boleh juga menyembunyikan infāq (sedekahnya) sebagaimana firman Allāh Subhānahu wa Ta'āla: 

 وَأَنفَقُوا۟ مِمَّا رَزَقْنَـٰهُمْ سِرًّۭا وَعَلَانِيَةًۭ 

_"Dan menafkahkan sebahagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan."_

(QS Al Fathir: 29)

Maka ibadah di sini tidak terbatas membaca Al Qurān, tidak terbatas dengan zakāt, shalāt sunnah, puasa atau yang lainnya. 

Tetapi segala sesuatu yang ditujukan untuk Allāh dan Allāh cinta dan ridhā dengannya. 

Misalnya: 

√ Seorang wanita menyiapkan minuman untuk suaminya, kemudian dia berdo'a, "S semoga suamiku semakin sehat, semoga suamiku dengan minum teh ini memperoleh kemudahan di dalam pekerjaannya dan badannya selalu dijaga oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla."

Ini adalah bentuk ikhtiar, maka apa yang dilakukan wanita ini adalah ibadah. 

√ Seorang laki-laki keluar dari rumahnya kemudian berkata: 

بِسْمِ اللَّهِ ، تَوَكَّلْتُ عَلَى اللَّهِ ، وَلا حَوْلَ وَلا قُوَّةَ إِلاَّ بِاللَّه

_"Dengan menyebut nama Allāh, aku menyerahkan diriku pada Allāh dan tidak ada daya dan kekuatan selain dengan Allāh saja."_

Subhānallāh, perhatikan! 

Seorang wanita ditinggal oleh suaminya dan suaminya pergi lalu berkata: 

بِسْمِ اللَّهِ ، تَوَكَّلْتُ عَلَى اللَّهِ

Maka berangkatnya seorang suami meninggalkan rumah mendapat pahala, belum bekerja sudah berpahala. 

Kenapa? 

Karena dia meninggalkan rumah dan mengikuti ajaran Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam dengan mengatakan: 

بِسْمِ اللَّهِ ، تَوَكَّلْتُ عَلَى اللَّهِ

Dia serahkan urusannya hanya kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Dan disini adalah bagian daripada ibadah. 

Begitu laki-laki ini bekerja dan dia memperoleh harta. Kemudian harta tersebut dia sedekahkan, dia belanjakan untuk keluarganya, ini juga bagian dari ibadah. 

Demikian kajian kita pada kesempatan kali ini, ada hal yang kurang berkenan mohon maaf yang sebesar-besarnya, terima kasih kami ucapkan kepada sahabat BiAS. Semoga lain waktu kita bisa bersua kembali. 


التوفيق بهذا قدر
سبحانك اللهم وبحمدك، أشهد أن لا إله إلا الله، أستغفرك وأتوب إليك
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته 
____________________

Minggu, 14 Juni 2020

Kitab AtTauhid🔊 Halaqah 005: Muqaddimah (bagian 05)

🌍 BimbinganIslam.com
Senin, 23 Syawwal 1441 H / 15 Juni 2020 M
👤 Ustadz Abdussalam Busyro, Lc
📗 Kitab AtTauhid
🔊 Halaqah 005: Muqaddimah (bagian 05)
⬇ Download audio: bit.ly/UAS-K-Tauhid-005
〰〰〰〰〰〰〰

*MUQADDIMAH (BAGIAN 5)*


بسم الله الرحمن الرحيم 
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته 
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وأصحابه ومن والاه ولا حول ولاقوة إلا بالله


Sahabat BiAS yang kami muliakan. 

Berikutnya pengarang mengatakan:

Dan Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirman: 

وَمَا خَلَقۡتُ ٱلۡجِنَّ وَٱلۡإِنسَ إِلَّا لِيَعۡبُدُونِ

_"Aku tidak menciptakan jinn dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku."_

(QS Adz Dzāriyāt: 56)

Para ulamā tatkala menafsirkan: يَعۡبُدُونِ adalah yuwahhidun. 

Kita perhatikan ayat ini. 

"Dan tidaklah Aku ciptakan."

Maka Allāh Subhānahu wa Ta'āla adalah Al Khaliq (Dzat yang Maha Pencipta), pencipta langit dan bumi. 

Dan Allāh Subhānahu wa Ta'āla, Dzat yang memberikan kepada kita suatu pernyataan: 

"Sesungguhnya Dialah Allāh, Dzat yang Maha Pencipta (Al khaliq Al Bāri)."

Apakah yang Allāh ciptakan? 

Dialah Allāh Rabbul Ālamīn. 

Ketika kita berbicara Ālamīn, maka Ālamīn adalah jinn, manusia dan yang lainnya, itu adalah alam. 

Penyebutan jinn didahulukan baru setelah itu penyebutan manusia. 

Sahabat BiAS yang kami muliakan. 

Begitu kita lihat ayat ini: 

وَمَا خَلَقۡتُ ٱلۡجِنَّ وَٱلۡإِنسَ 

Kenapa jinn didahulukan dan penyebutan manusia diakhirkan? Padahal ketika kita berbicara ilmu, tentunya manusia jauh lebih mulia jika dibandingkan dengan jinn. 

Tetapi kenapa jinn lebih dahulu disebutkan? 

Jawabannya adalah: 

Karena penciptaan jinn lebih awal dibandingkan penciptaan manusia. 

Di ayat lain Allāh Subhānahu wa Ta'āla juga menyebutkan: 

ٱلَّذِى يُوَسْوِسُ فِى صُدُورِ ٱلنَّاسِ ۞ مِنَ ٱلۡجِنَّةِ وَٱلنَّاسِ

_"Yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia dari (golongan) jin dan manusia."_

(QS  An Nās: 5-6)

Ayat di atas menyebutkan jinn dahulu baru manusia. 

Tadi telah kita sampaikan bahwasanya, penyebutan jinn lebih dahulu dari manusia karena penciptaan jinn lebih awal dibanding penciptaan manusia. 

Jinn adalah makhluk Allāh dan Allāh menyebutkan: 

إِنَّهُۥ يَرَىٰكُمْ هُوَ وَقَبِيلُهُۥ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْ

_"Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dan suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka."_

(QS Al 'Arāf: 27)

Subhānallāh.

Nikmat tatkala kita tidak melihat jinn. Tatkala kita berada di masjid di sana ada majelis ilmu, ada kaum muslimin yang hadir begitu juga ada jinn yang hadir. 

Sebagaimana manusia ada yang muslim ada pula yang kafīr, demikian pula jinn ada yang muslim ada pula yang kafīr. 

Oleh karena itu kita dianjurkan banyak membaca do'a agar dijauhkan dari gangguan jinn. 

ٱلَّذِى يُوَسْوِسُ فِى صُدُورِ ٱلنَّاسِ ۞ مِنَ ٱلۡجِنَّةِ وَٱلنَّاسِ

Sebagian jinn beriman kepada Allāh.

Bagi yang ingin mendalami pengetahuan tentang masalah jinn (bagaimanakah jinn beriman kepada Allāh), bisa buka surat Al Jinn. 

Maka tidak benar bila ada sebagian orang yang memahami, bahwasanya jinn itu tidak ada. Jinn itu ada dan Allāh Subhānahu wa Ta'āla menyebutkan di dalam ayat-Nya 

وَمَا خَلَقۡتُ ٱلۡجِنَّ وَٱلۡإِنسَ

Di dalam Al Qurān terdapat surat Al Insān, manusia diciptakan oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Manusia adalah makhluk Allāh yang terhormat, manusia adalah makhluk Allāh yang bermartabat, manusia adalah makhluk Allāh yang mulia. 

Allāh Subhānahu wa Ta'āla menyebutkan: 

وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِىٓ ءَادَمَ . 

_"Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Ādam."_

(QS Al Isrā': 70)

Dalam ayat lain Allāh Subhānahu wa Ta'āla menyebutkan: 

لَقَدْ خَلَقْنَا ٱلْإِنسَـٰنَ فِىٓ أَحْسَنِ تَقْوِيمٍۢ

_"Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya."_

(QS At Tīn: 4)

Dan manusia adalah sebaik-baik bentuk. Allāh Subhānahu wa Ta'āla memberikan nikmat kepada manusia berupa panca indera. 

Allāh Subhānahu wa Ta'āla ciptakan manusia dalam keadaan terhormat, tatkala manusia berdiri kepalanya di atas, tatkala manusia duduk kepalanya di atas, tatkala manusia tidur (mengambil bantal) dan kepalanya tetap berada di atas. 

Coba perhatikan ayam. 

Tatkala ayam berjalan, kepalanya di atas, tatkala ayam makan, maka ekor ayam tersebut lebih tinggi dibandingkan kepalanya. 

Kita perhatikan kambing. 

Kepala kambing sejajar dengan punggungnya, sejajar dengan badannya, begitu kambing makan, maka ekornya (pantatnya) lebih tinggi daripada kepalanya. 

Tetapi manusia adalah makhluk yang mulia maka kemuliaan yang ada pada manusia hendaknya dijadikan syukur kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla. 

Karena Allāh Subhānahu wa Ta'āla :  إِلَّا لِيَعۡبُدُونِ. 

Yang dimaksud dengan: يَعۡبُدُونِ , adalah yuwahhidun, meng-Esakan Allāh Subhānahu wa Ta'āla dalam perkara ibadah. 

Sahabat BiAS yang kami muliakan. 

Demikian kajian kita pada kesempatan kali ini, in syā Allāh pada pertemuan yang akan datang kita akan bahas lanjutan dari pembahasan Kitābu At Tauhīd yaitu apakah arti ibadah. 

In syā Allāh  akan kita sampaikan pada pertemuan yang akan datang. 

وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم
سبحانك اللهم وبحمدك اشهد ان لا اله الا انت استغفرك واتوب اليك
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته 
____________________

Rabu, 10 Juni 2020

Kitab AtTauhid🔊 Halaqah 004: Muqaddimah (bagian 04)

🌍 BimbinganIslam.com
Kamis, 19 Syawwal 1441 H / 11 Juni 2020 M
👤 Ustadz Abdussalam Busyro, Lc
📗 Kitab AtTauhid
🔊 Halaqah 004: Muqaddimah (bagian 04)
⬇ Download audio: bit.ly/UAS-K-Tauhid-004
〰〰〰〰〰〰〰

*MUQADDIMAH (BAGIAN 4)*


بسم الله الرحمن الرحيم 
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته 
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وأصحابه ومن والاه ولا حول ولاقوة إلا بالله


Sahabat BiAS yang kami muliakan. 

Setelah mualif (penulis) menyebut dengan: 

بسم الله الرحمن الرحيم

Maka mualif berkata: 

الحمد لله وصلى الله على محمد وعلى آله وسلم

Setelah membaca basmalah, perkara mulia yang wajib kita ucapkan tatkala kita hidup (adalah) mensyukuri nikmat dan karunia yang telah Allāh Subhānahu wa Ta'āla berikan. 

Salah satu di antara bentuk syukur adalah kita: الحمد لله (Segala puji dan syukur hanya milik Allāh Subhānahu wa Ta'āla), karena nikmat dan karunia yang Allāh Subhānahu wa Ta'āla berikan kepada kita sangatlah banyak. 

Seseorang tatkala memperoleh nikmat, maka yang terbaik adalah mengucapkan: الحمد لله. 

Lalu bagaimana dengan seseorang yang dalam keadaan sakit? 

Jika kita datang ke rumah sakit dan kita jumpai orang sakit, (misalnya) ketika kita menengok saudara kita yang sakit. 

Yang pertama kali kita ucapkan adalah salam: 

السلام عليكم ورحة الله و بركاته

Berikutnya akan muncul pertanyaan dari mulut kita, maka kita akan mengatakan: 

"Apa kabar?" Bertanya kabar.

Apa yang akan kita dengar (jawaban dari saudara kita yang sakit ini)? 

Dia pun akan berkata: "Alhamdulillāh."

Subhānallāh. 

Orang yang sakit (dirawat di rumah sakit selama seminggu), ditanya kabarnya dia menjawab: “Alhamdulillāh."

Padahal kakinya patah tetapi dia (orang sakit itu) tetap mengucapkan: "Alhamdulillāh."

Ada juga yang sampai lumpuh, bahkan tidak bisa duduk tegak dan ketika ditanya kabarnya menjawab: "Alhamdulillāh."

Dia mengatakan: "Alhamdulillāh," dengan berharap memperoleh kesembuhan.

Oleh karenanya, orang arab menyebut hal ini dengan sebutan (istilah) "tafa'ulan", yaitu optimis untuk memperoleh kesembuhan bagi yang sakit.

Bukan berarti, patah tangannya kemudian dia berkata yang: "Puji syukur hanya pada Allāh," (mensyukuri patahnya tangan), bukan. 

Tangannya patah atau kakinya patah, punggungnya patah dia berkata: "Bersyukur kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla," bukan! 

Tapi dia mengucapkan: "Alhamdulillāh," berharap memperoleh kesembuhan.

Maka yang tepat tatkala seseorang memperoleh sesuatu hal yang kurang menyenangkan maka berkata: "Alhamdulillāh alā kulli hal (Segala puji dan syukur hanya milik Allāh dalam semua keadaan)."

Contoh lain. 

Mereka yang jualan dan jualannya tidak laku, begitu ditanyakan dia akan mengatakan: "Alhamdulillāh," dan dia berharap jualannya bisa laku dan lancar. 

Berikutnya: 

وصلى الله على محمد وعلى آله وسلم

Ini merupakan shalawat kepada Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam, pujian yang Allāh Subhānahu wa Ta'āla berikan kepada Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam. 

Sebagaimana malāikat memberikan pujian, maka seorang mukmin hendaknya memberikan pujian kepada Nabi kita (shallallāhu 'alayhi wa sallam). 

Sebagaimana kita dengar setiap hari Jum'at: 

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

Begitu kita membaca shalawat maka Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam menyebutkan: 

مَنْ صَلَّى عَلَىَّ وَاحِدَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ عَشْرًا

_"Barangsiapa yang bershalawat kepadaku sekali, maka Allāh akan bershalawat kepadanya sepuluh kali."_

(Hadīts riwayat Muslim nomor 408)

Ini adalah kemuliaan yang ada pada Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam. 

Tatkala kita menyebut (berbicara) tentang Nabi kita, maka selayaknya kita bershalawat kepada Beliau (shallallāhu 'alayhi wa sallam), karena Beliau (shallallāhu 'alayhi wa sallam) adalah orang yang terbaik. 

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam suatu ketika pernah bersabda: 

أَنَا سَيِّدُ وَلَدِ آدَمَ وَلاَ فَخْرَ

_"Aku adalah anak cucu Ādam yang terbaik dan aku tidak membanggakan diri.”_

Beliau juga bersabda: 

لاَ تُطْرُوْنِي كَمَا أَطْرَتِ النَّصَارَى ابْنَ مَرْيَمَ، فَإِنَّمَا أَنَا عَبْدُهُ، فَقُوْلُوْا عَبْدُ اللهِ وَرَسُوْلُهُ

_Janganlah kalian berlebih-lebihan dalam memujiku, sebagaimana orang-orang Nashrani telah berlebih-lebihan memuji ‘Īsā putera Maryam. Aku hanyalah hamba-Nya, maka kata-kanlah, "Abdullāh wa Rasūluhu (hamba Allāh dan Rasul-Nya).”_

(Hadīts riwayat Bukhāri nomor 3445)

Sahabat BiAS yang kami muliakan. 

Mualif mengatakan: 

الكتاب التوحد 

Dan telah kita sampaikan sedikit terkait dengan Kitābu At Tauhīd dan Allāh Subhānahu wa Ta'āla adalah dzat yang Maha Esa. 

Maka dia lah Allāh yang memberikan kepada kita suatu pernyataan: 

وَإِلَـٰهُكُمْ إِلَـٰهٌۭ وَٰحِدٌۭ ۖ لَّآ إِلَـٰهَ إِلَّا هُوَ ٱلرَّحْمَـٰنُ ٱلرَّحِيمُ

_"Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Dzat yang berhak disembah melainkan Dia Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.”_

(QS Al Baqarah: 163)

Seorang mukmin memiliki kewajiban untuk meng-Esakan Allāh Subhānahu wa Ta'āla dan Dia lah Allāh Subhānahu wa Ta'āla Dzat yang telah memberikan kepada kita suatu pernyataan:

وَمَآ أُمِرُوٓا۟ إِلَّا لِيَعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ ٱلدِّينَ حُنَفَآءَ وَيُقِيمُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ وَيُؤْتُوا۟ ٱلزَّكَوٰةَ ۚ وَذَٰلِكَ دِينُ ٱلْقَيِّمَةِ

_"Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus.”_

(QS Al Bayyinah: 5)

Kemuliaan bagi kita yang bertauhīd, kemuliaan bagi kita yang sama-sama mulai mengkaji Kitabul At Tauhīd, sehingga di dalam kehidupan ini masing-masing berharap untuk memperoleh kebaikan dan masing-masing berusaha untuk memperoleh suatu kemuliaan. 

Dan tidak ada kemuliaan di atas kemuliaan yang ada di sisi Allāh kecuali kemuliaan tauhīd, karena sesungguhnya Allāh memberikan satu pernyataan:

فَمَن كَانَ يَرْجُوا۟ لِقَآءَ رَبِّهِۦ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًۭا صَـٰلِحًۭا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِۦٓ أَحَدًۢا

_"Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shālih dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.”_

(QS Al Kahfi: 110)

Demikian kajian kita pada kesempatan kali ini, in syā Allāh  pada pertemuan yang akan datang kita akan membahas kelanjutan dari pembahasan Kitābu At Tauhīd. 


وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم
سبحانك اللهم وبحمدك اشهد ان لا اله الا انت استغفرك واتوب اليك
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته 
____________________

Selasa, 09 Juni 2020

Kitab AtTauhid🔊 Halaqah 003: Muqaddimah (bagian 03)

🌍 BimbinganIslam.com
Rabu, 18 Syawwal 1441 H / 10 Juni 2020 M
👤 Ustadz Abdussalam Busyro, Lc
📗 Kitab AtTauhid
🔊 Halaqah 003: Muqaddimah (bagian 03)
⬇ Download audio: bit.ly/UAS-K-Tauhid-003
〰〰〰〰〰〰〰

*MUQADDIMAH (BAGIAN 3)*


بسم اللّه الرحم الرحيم 
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته 
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وأصحابه ومن والاه ولا حول ولاقوة إلا بالله
رضيت بالله ربا وبالإسلام دينا وبمحمد نبيا و رسولاً
رب زدني علما وارزقني فهما
قال الله تعالى في كتابه الكريم: ياأيها الذين آمنوا اتقوا الله حق تقاته ولا تموتن إلا و أنتم مسلمون
فَإِنَّ أَصْدَقَ الحَدِيثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ، وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا، فكل محدثة في الدين بدعة، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ، وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ، أما بعد

Sahabat BiAS yang kami muliakan. 

Maka Ar Rahmān (الرَّحْمَٰنِ) adalah kasih sayang Allāh yang Allāh Subhānahu wa Ta'āla  berikan kepada semua hamba-Nya, baik muslim maupun non muslim, semuanya memperoleh rahmat (kasih sayang Allāh) yang Allāh Subhānahu wa Ta'āla berikan kepada semua makhluk-Nya. 

√ Semua dapat makan.
√ Semua dapat minum.
√ Semua dapat bernafas.

Subhānallāh (Maha Suci Allāh), Allāh adalah Dzat yang Maha Kaya. Allāh memberikan apa yang kita minta dan apa yang tidak kita minta.

Tidak ada di antara kita yang selama sepekan ini meminta kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla agar diberi oxigen. Tapi Allāh Subhānahu wa Ta'āla Maha Tahu akan apa yang menjadi kebutuhan hamba-Nya, maka Allāh Subhānahu wa Ta'āla memberi tanpa diminta oleh hamba-Nya. 

Ini adalah kasih sayang Allāh Subhānahu wa Ta'āla yang Allāh berikan kepada semua makhluk-Nya. 

Adapun Ar Rahīm (الرَّحِيمِ) adalah kasih sayang Allāh yang Allāh Subhānahu wa Ta'āla  berikan kepada mereka orang-orang yang beriman. 

Disebutkan di dalam Al Qur'ān, Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirman: 

 وَكَانَ بِالْمُؤْمِنِينَ رَحِيمًا

_"Dan adalah Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang berimān."_

(QS Al Ahzāb: 43)

Disebutkan di dalam hadīts shahīh, Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda: 

الراحمون يرحمهم الرحمن

_"Sesungguhnya orang-orang yang memiliki belas kasih sayang maka akan disayangi oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla."_

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda: 

 ارْحَمُوا مَنْ فِي الأَرْضِ يَرْحَمْكُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ 

_"Hendaknya kalian memberikan kasih sayang kepada siapa saja yang berada di muka bumi, niscaya Allāh Subhānahu wa Ta'āla, Dzat yang berada di langit, akan memberikan kasih sayang kepada kalian."_

Dalam hadīts lain, Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda: 

لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَمْ يَرْحَمْ صَغِيرَنَا وَيَعْرِفْ شَرفَ كَبِيرِنَا

_"Bukan termasuk golongan kami orang yang tidak menyayangi orang yang lebih muda dan tidak hormat kepada orang yang lebih tua."_

Orang muda, mereka memerlukan bimbingan, mereka membutuhkan kasih sayang. Sedangkan orang tua, mereka memiliki hak untuk mendapatkan penghormatan. 

Tatkala Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam hidup bersama dengan shahābatnya, ketika makanan hadir, Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam berkata: 

"Dahulukan yang tua, dahulukan yang tua, dahulukan yang tua."

Bisa kita lihat, bagaimana perhatiannya Islām terhadap sesama. Rasūlullāh  shallallāhu 'alayhi wa sallam memberikan kepada kita agar kita memiliki akhalaq yang mulia dengan cara memuliakan orang tua dan menyayangi yang lebih muda. 

Sahabat BiAS yang kami muliakan. 

Berikutnya, tatkala kita berbicara akhlaq mulia tentunya akhlaq mulia itu ada pada tiga hal, yaitu: 

⑴ Akhlaq mulia yang ada pada satu keadaan dimana seseorang senantiasa memiliki wajah yang riang (menyenangkan). 

⑵ Akhlaq mulia yang senantiasa mengajak kepada kebaikan. 

Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirman: 

وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَىٰ

_"Hendaklah saling tolong menolong dalam kebaikan."_

⑶ Akhlaq mulia yang tidak akan mengerjakan perbuatan yang buruk, mencegah keburukan tidak melakukan hal-hal yang dusta. 

Maka seorang harus ingat firman Allāh Subhānahu wa Ta'āla: 

وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ

_"Janganlah kalian satu sama lain tolong menolong dalam perkara kemungkaran."_

Demikian kajian kita pada kesempatan kali ini. 

وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم
سبحانك اللهم وبحمدك اشهد ان لا اله الا انت استغفرك واتوب اليك
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته 
_____________________

Kitab AtTauhid🔊 Halaqah 002: Muqaddimah (bagian 02)

🌍 BimbinganIslam.com
Selasa, 17 Syawwal 1441 H / 09 Juni 2020 M
👤 Ustadz Abdussalam Busyro, Lc
📗 Kitab AtTauhid
🔊 Halaqah 002: Muqaddimah (bagian 02)
⬇ Download audio: bit.ly/UAS-K-Tauhid-002
〰〰〰〰〰〰〰

*MUQADDIMAH (BAGIAN 2)*


بسم اللّه الرحم الرحيم 
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته 
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وأصحابه ومن والاه ولا حول ولاقوة إلا بالله
رضيت بالله ربا وبالإسلام دينا وبمحمد نبيا و رسولاً
رب زدني علما وارزقني فهما
قال الله تعالى في كتابه الكريم: ياأيها الذين آمنوا اتقوا الله حق تقاته ولا تموتن إلا و أنتم مسلمون
فَإِنَّ أَصْدَقَ الحَدِيثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ، وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا، فكل محدثة في الدين بدعة، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ، وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ، أما بعد


Sahabat BiAS yang dimuliakan. 

Pengarang memulai penulisannya dengan "Bismillāhirrahmānirrahīm", Bismillāhi (dengan menyebut nama Allāh), Arrahmāni (dzat yang Maha Pengasih), Arrahīmi (dzat yang Maha Penyayang). 

Maka disebutkan di dalam sebuah hadīts yang diriwayatkan Ibnu Hibbān, Rasūlullāh  shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda: 

 كُلُّ أَمْرٍ ذِيْ بَالٍ لاَ يُبْدَأُ فِيْهِ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ فَهُوَ أَقْطَعُ

_"Setiap perkara yang tidak dimulai dengan Bismillāhirrahmānirrahīm maka amalan tersebut adalah aqtha' (terputus)."_

(Hadīts riwayat Ibnu Hibbān dan selainnya. Ibnu Shalah menyatakan hadīts ini hasan).

Di dalam riwayat lain dikatakan: 

فَهُوَ أَبْتَرُ  

Yang memiliki arti: _ganjil_ atau _tidak genap_ atau _tidak sempurna_.

Sahabat BiAS yang dimuliakan 

Seorang muslim memulai aktifitasnya dengan Bismillāh, kapan kita memulai Bismillāh ? 

Setiap aktifitas kita, khususnya tatkala kita hendak makan. 

Ada shahābat Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam yang bernama Umar ibnu Abī Salamah, beliau berkata: 

كُنْتُ غُلاَمًا فِي حَجْرِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَكَانَتْ يَدِي تَطِيشُ فِي الصَّحْفَةِ، فَقَالَ لِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، «يَا غُلاَمُ، سَمِّ اللَّهَ

_Dahulu aku besar dibawah naungan Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam, dan dahulu tatkala aku makan, aku biasa menjadikan tanganku tidak pernah menetap di suatu tempat, kemudian Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam memberikan satu arahan._

_Beliau bersabda:_

_"Wahai anak kecil, jika kamu makan maka ucapkanlah bismillāh."_

Dalam riwayat lain dikatakan: 

إذَا أكَلَ أحَدُكُمْ طَعَاماً؛ فَلْيَقُلْ: بِسْمِ اللَّـهِ

_"Jika salah satu di antara kalian hendak makan, maka ucapkanlah basmallāh."_

Maka Basmallāh disini bisa dua hal, yaitu: 

⑴ Ucapan Bismillāh itu sendiri. 
⑵ Bismillāhirrahmānirrahīm 

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam memberikan arahan kepada Umar Abū Salamah dengan sabdanya: 

وَكُلْ بِيَمِينِكَ

_"Makanlah dengan tangan kananmu."_

Dari sinilah kemuliaan Islām, tatkala seseorang menjadikan sesuatu, maka hendaknya hal tersebut dimulai dengan menggunakan tangan kanan. 

Seperti: 

√ Hendak memakai baju.
√ Hendak memakai celana.
√ Hendak memakai sandal.
√ Bahkan menyisir maka hendaknya mendahulukan sisi kanan dulu baru sisi kiri. 

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam mengatakan:

وَكُلْ مِمَّا يَلِيكَ

_"Makanlah makanan yang terdekat."_

Apa yang dikayakan Umar bin Abī Salamah? 

Dia berkata: 

وتِلْكَ طِعْمَتِي بَعْدُ

_"Dan itu adalah sifat tatkala aku makan, dan senantiasa aku memegang apa yang menjadi nasehat Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam (yaitu membaca Basmallāh)."_

Begitu juga kita dianjurkan untuk membaca Basmallāh tatkala kita memasuki awal surat Al Falaq. 

Begitu juga sebelum membaca surat An Nas, maka kitapun membaca Basmallāh. Sebelum membaca surat Al Ikhlās membaca Basmallāh. 

Kita dianjurkan membaca Basmallāh ketika memasuki awal surat, kecuali surat At Tawbah (Barā'ah), dimana Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam memberikan kepada kita petunjuk agar kita tidak membaca Basmallāh di awal surat At Tawbah. 

Pengarang di sini mengatakan: Bismillāh, dengan menyebut nama Allāh. 

Ketika seseorang membaca Basmallāh, dia yakin bahwasanya dirinya adalah dhaif. Begitu seseorang membaca Basmallāh maka dia yakin bahwasanya dirinya adalah lemah. Oleh karena itu seseorang sebelum melakukan aktifitas hendaknya membaca Basmallāh. 


Ketika kita keluar dari rumah kita, kitapun membaca:  

بِسْمِ اللَّهِ، تَوَكَّلْتُ عَلَى اللَّهِ، لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللَّهِ

_"Dengan nama Allāh, aku bertawakkal kepada Allāh, tiada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allāh."_

(Hadīts riwayat Abū Dāwūd nomor 5095, Tirmidzī nomor  3426 dan dishahīhkan Syaikh Albāniy rahimahullāh) 

Ketika hendak keluar rumah sebaiknya kita membaca do'a ini, karena kita tidak tahu apa yang akan terjadi dirumah kita. Bagi seorang laki-laki, begitu dia keluar dari rumah maka dia meninggalkan istrinya, anaknya, rumah dan harta yang ada di dalam rumah tersebut. Kita bertawakal kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Begitu seseorang keluar dengan membaca: 

بِسْمِ اللَّهِ، تَوَكَّلْتُ عَلَى اللَّهِ، لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللَّه

_"Dengan nama Allāh, aku bertawakkal kepada Allāh, tiada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allāh."_

Maka kita serahkan kepada Allāh keamanan istri kita, anak kita, kesehatan mereka, keamanan harta yang kita miliki. 

Jangan sampai kita pergi kemudian muncul pencuri, jangan sampai kita keluar kemudian terjadi hal-hal yang tidak kita inginkan, kebakaran  misalnya. 

Maka di sinilah seseorang bertawakal kepada Allāh. 

"Yā Allāh, aku tinggalkan rumahku, aku berserah diri kepada Mu."

Maka di sinilah Allāh Subhānahu wa Ta'āla, Dzat yang senantiasa dimohonkan kepada-Nya untuk menjaga kita semuanya. 

Do'a, ungkapan yang pendek ini yang kadang kita lupa, yaitu: 

بِسْمِ اللَّهِ، تَوَكَّلْتُ عَلَى اللَّهِ
لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللَّه

_"Dengan nama Allāh, aku bertawakkal kepada Allāh, tiada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allāh."_

Tidak ada daya dan upaya, tidak ada kekuatan yang sempurna kecuali hanya milik Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Dan Dia lah Allāh yang melakukam segala sesuatu atas kehendak-Nya. 

Nabi Nūh alayhissallām, tatkala hendak berlayar maka beliau pun berkata: 

بِسْمِ ٱللَّهِ مَجْر۪ىٰهَا وَمُرْسَىٰهَآ 

_"Dengan menyebut nama Allāh di waktu berlayar dan berlabuhnya."_

(QS Hūd: 41)

Di sinilah seorang mukmin menyatakan bahwasanya dirinya adalah lemah, maka dia kembalikan semua urusan yang dia miliki hanya kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla  semata. Karena Dia lah, Allāh Subhānahu wa Ta'āla Dzat yang Maha melakukan segala sesuatu. 

√ Allāh Subhānahu wa Ta'āla  Maha Kaya. 
√ Allāh Subhānahu wa Ta'āla  Maha Perkasa. 

Dengan demikian seseorang ingat akan firman Allāh Subhānahu wa Ta'āla: 

الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

_"Segala puji bagi Allāh, Tuhan seluruh alam."_

(QS Al Fātihah: 2)

Bisa diingat tatkala kita membaca: Alhamdulilāh (segala puji hanya milik Allāh Subhānahu wa Ta'āla, Rabb yang mengatur alam semesta). 

Begitu seseorang memahami ayat: رَبِّ الْعَالَمِينَ , maka dia akan meyakini bahwa Allāh adalah Dzat yang Maha segalanya. 

√ Maha Perkasa. 
√ Maha Bijaksana. 
√ Maha Kuat. 
√ Maha Memaksa. 

Allāh Subhānahu wa Ta'āla menjadikan untaian sesudah: الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ , adalah bacaan: الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ. 

Sebagaimana disebutkan di dalam Basmallāh, Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirman: 

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ

_"Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang."_

Demikian kajian kita dikesempatan kali ini. 

وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم
سبحانك اللهم وبحمدك اشهد ان لا اله الا انت استغفرك واتوب اليك
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته 
_____________________

Kitab AtTauhid🔊 Halaqah 001: Muqaddimah (bagian 01)

🌍 BimbinganIslam.com
Senin, 16 Syawwal 1441 H / 08 Juni 2020 M
👤 Ustadz Abdussalam Busyro, Lc
📗 Kitab AtTauhid
🔊 Halaqah 001: Muqaddimah (bagian 01)
⬇ Download audio: bit.ly/UAS-K-Tauhid-001
〰〰〰〰〰〰〰

*MUQADDIMAH (BAGIAN 1)*


بسم اللّه الرحم الرحيم 
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته 
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وأصحابه ومن والاه ولا حول ولاقوة إلا بالله
رضيت بالله ربا وبالإسلام دينا وبمحمد نبيا و رسولاً
رب زدني علما وارزقني فهما
قال الله تعالى في كتابه الكريم: ياأيها الذين آمنوا اتقوا الله حق تقاته ولا تموتن إلا و أنتم مسلمون
فَإِنَّ أَصْدَقَ الحَدِيثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ، وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا، فكل محدثة في الدين بدعة، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ، وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ، أما بعد


Sahabat BiAS yang kami muliakan. 

Syukur kita kepada Allāh atas nikmat dan karunia yang telah Allāh Subhānahu wa Ta'āla  berikan, Allāh Subhānahu wa Ta'āla memberikan kepada kita suatu kesempatan terbaik, dimana kita diberi oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla untuk memperoleh dua nikmat. 

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam menyebutkan di dalam hadītsnya: 

نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ، الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ  

_"Dua nikmat yang sering dilalaikan banyak orang, nikmat sehat dan waktu luang."_

Bersyukur kita kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla, tatkala Allāh Subhānahu wa Ta'āla  memberikan kepada nikmat kesehatan dan kita gunakan nikmat itu untuk melakukan ketaatan. 

Di antara bentuk ketaatan adalah kita berthalabul ilmi. Kita memperoleh suatu kesempatan untuk belajar meskipun melalui media audio. 

Bersyukur kita kepada Allāh, manakala kita diberi oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla suatu karunia dimana kita memiliki nikmat berupa sehatnya telinga. Sesuai petunjuk Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam ketika kita berdo'a maka kita pun berdo'a: 

اللَّهُمَّ عَافِنِي فِي بَدَنِي ، اللَّهُمَّ عَافِنِي فِي سَمْعِي ، اللَّهُمَّ عَافِنِي فِي بَصَرِي ، لا إِلَهَ إِلا أَنْتَ 

_"Yā Allāh berikan kepada kami kesehatan pada badan kami, Yā Allāh berikanlah kepada kami kesehatan pada pendengaran kami, Yā Allāh berikanlah kami kesehatan pada penglihatan kami. Tidak ada Tuhan yang berhak diibadahi selain Engkau."_

Di sini dua hal yang Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam tekankan agar kita berdo'a terkait dengan panca indera. 

⑴ Nikmatnya kita memiliki telinga. 
⑵ Nikmatnya kita memiliki mata. 

Karena sesungguhnya dengan dua nikmat ini seseorang bisa belajar. 

Dia lah Allāh Subhānahu wa Ta'āla, Dzat yang telah memberikan kepada kita suatu penjelasan dan Dia lah Allāh Subhānahu wa Ta'āla yang telah memberikan kepada kalian pendengaran dan penglihatan. 

Sahabat BiAS yang kami muliakan. 

Untuk kesempatan kita kali ini, kita akan bahas kitāb Tauhīd. Dimana seorang muslim memiliki kewajiban untuk menjadi hamba Allāh yang bertauhīd. 

Begitu kita berbicara masalah kitāb maka di sana akan kita jumpai adanya suatu pembahasan yang terkait dengan ilmu agama. 

Berbeda tatkala kita bicara mengenai buku. Begitu seseorang menyebut buku maka seseorang bisa berkata buku biologi, buku bahasa Inggris, buku bahasa Indonesia. 

Tetapi seseorang begitu berbicara biologi kemudian kita katakan kitāb biologi, kitāb matematika tentunya untuk orang Indonesia kurang cocok dan kurang pas. 

Karena kitāb terkait dengan ilmu agama, seperti kitāb Bulughul Mahram, kitāb Tauhīd, kitāb Fathul Barī'. Tidak disebut buku Fathul Barī', bukan! Tetapi penisbatan yaitu dengan sebutan kitāb. 

Dan begitu seseorang berbicara kitāb maka kita memiliki banyak arti termasuk di antaranya kumpulan ilmu pengetahuan. 

Ataukah suatu tempat dimana disitu amal yang dilakukan oleh seseorang ditulis oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla, sehingga semua kita menghadap Allāh dan masing-masing memiliki kitāb, yaitu catatan amal baik maupun amal buruk. 

Sahabat BiAS yang kami muliakan. 

Pembahasan kita adalah Kitāb  At Tauhīd. Tauhīd berasal dari kata: وحد (wahhada), يوحد (yuwahhidu). 

Kalau kita berbicara bilangan maka bilangan yang pertama adalah wahid, 7dalam bahasa Arab ada sebutan sifr (sifrun) artinya kosong. Sesudah kosong maka akan datang angka berikutnya yaitu wahīd (wahìdun). 

Bilāl radhiyallāhu ta'āla 'anhu tatkala beliau mendapatkan suatu perlakuan yang buruk dari Ummayah ibnu Khalaf, dimana Bilāl ditarik ke padang pasir, kemudian disiksa, kemudian tidak muncul dari mulut Bilāl kecuali ucapan ahad, ahad. 

 قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ

_"Dialah Allāh, Dzay yang Maha Esa."_

Wahīd itu satu, seseorang menjadikan sesuatu hal yang banyak menjadi satu, sehingga dikatakan: wahhada - yuwahhidu. 

Wahhada memiliki arti menyatukan, memperdamaikan, menjadikan sesuatu yang banyak menjadi satu pemikiran. 

Seorang muslim hendaknya menjadi seorang yang muwahīd.

Tatkala kita berbicara materi dan materi kita adalah materi aqidah. Aqidah memiliki banyak nama diantara nama aqidah adalah tauhīd. 

Aqidah adalah suatu keyakinan. Bila kita berbicara secara umum maka semua orang punya aqidah. Orang Yahūdi punya aqidah, orang Nashrāni punya aqidah, orang Majūsi punya aqidah, umat Islām punya aqidah. 

Tetapi aqidah yang dimaksud oleh kaum muslimin adalah tauhīdullāh (meng-Esa-kan Allāh Subhānahu wa Ta'āla). 

Sahabat BiAS yang kami muliakan. 

Nama lain tauhīd adalah as sunnah. Ada suatu kitāb yang memiliki : السنة لابن عاصم , As Sunnah li ibnu ‘Āshim. 

Ada juga kitāb yang dikenal dengan materi as sunnah juga yaitu Fiqul Akbar miliknya Imām Abū Hanifah.

Ada juga penamaan tauhīd dengan penamaan lain yaitu Ushūluddīn atau Ushūluddianah yang membahas juga tauhīd. 

Begitu kita berbicara At Tauhīd maka disana ada penamaan lain pula diantara namanya adalah Asy Syariah, maka itu juga tauhīd, maka seorang memiliki satu kesempatan untuk bisa belajar. 

Bagi kita yang barangkali mennjumpai suatu kitāb yang ; كتاب الشريعة  للإمام الأجري , Kitābu Asy Syariah Lil Imām Al Ajury. Mungkin bayangan kitaz kitāb tersebut membahas masalah fiqih, akan tetapi kitāb tersebut membahas masalah tauhīd. 

Demikian kajian kita pada kesempatan kali ini. 

وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم
سبحانك اللهم وبحمدك اشهد ان لا اله الا انت استغفرك واتوب اليك
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته 
______________________